Sabtu, 01 September 2007

Meraih Citra Indonesia Melalui Bahasa

Pengantar
Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing atau pengajaran BIPA secara politis mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat internasional. Hal itu karena pengajaran BIPA di samping merupakan media untuk menyebarluaskan bahasa Indonesia, juga merupakan media untuk menyampaikan berbagai informasi tentang Indonesia, termasuk memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia. Dengan demikian, orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia akan semakin memahami masyarakat dan budaya Indonesia secara komprehensif. Pemahaman itu pada gilirannya dapat meningkatkan rasa saling pengertian antarbangsa.

Jika dikaitkan dengan meluasnya informasi yang negatif tentang Indonesia di luar negeri, pengajaran BIPA dapat pula berperan dalam upaya ikut serta memulihkan citra Indonesia di dunia internasional.

Seperti kita ketahui, pemberitaan tentang Indonesia melalui media massa asing, terutama sejak peristiwa kekacauan 1998 ditambah dengan isu-isu terorisme dan seringnya terjadi pengeboman di wilayah Indonesia, telah memperburuk citra Indonesia di dunia internasional. Oleh karena itu, melalui pengajaran BIPA, kita berharap dapat menyebarluaskan informasi yang positif tentang Indonesia guna memperbaiki citra yang selama ini kurang baik.

Kondisi yang Dihadapi
Kondisi yang digambarkan itu tentu sangat berpengarah terhadap minat masyarakat internasional untuk mempelajari bahasa Indonesia. Di samping itu, juga ada hal-hal lain yang bermuara pada kondisi negara yang mengajarkan bahasa Indonesia itu sendiri. Dari berbagai laporan, dapat diketahui bahwa kondisi pengajaran BIPA di beberapa negara di luar negeri akhir-akhir ini menunjukkan adanya gejala penurunan, baik dari segi intensitas penyelenggaraannya maupun segi jumlah peminatnya. Penurunan intensitas penyelenggaraan BIPA dan minat orang asing dalam mempelajari bahasa Indonesia itu disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam negerinya sendiri maupun faktor yang muncul dari luar, terutama dari kondisi yang ada di Indonesia.

Gejala penurunan dalam pengajaran BIPA di luar negeri itu tentu harus kita sikapi dengan bijak. Oleh sebab itu, harus kita carikan solusi untuk mengatasi terjadinya kecenderungan tersebut. Untuk itu, kita harus memberikan motivasi, dukungan, dan bantuan terhadap penyelenggaraan pengajaran BIPA di luar negeri. Berbagai potensi harus digali, dimanfaatkan, dan didayagunakan semaksimal mungkin guna mengatasi persoalan tersebut.

Pendayagunaan Potensi
Potensi Indonesia yang dapat didayagunakan untuk kepentingan pengembangan BIPA sebenarnya cukup besar. Misalnya, saat ini telah tersedia media informasi global yang berupa internet dengan daya jangkau ke seluruh penjuru dunia. Media tersebut dengan mudah dapat dimanfaatkan untuk menginformasikan berbagai potensi yang kita miliki kepada masyarakat internasional.

Kemudian, Indonesia juga telah memiliki kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan kantor perwakilan negara yang tersebar di berbagai negara. KBRI—sebagai wakil negara di luar negeri—sudah sepatutnya mempromosikan Indonesia, termasuk mempromosikan potensi wisata dan pengajaran BIPA, kepada masyarakat internasional. Dalam konteks itu, KBRI dapat menyebarkan brosur, majalah, dan buku-buku yang berisi berbagai informasi tentang Indonesia kepada masyarakat internasional bekerja sama dengan lembaga-lembaga pengajar BIPA di luar negeri, tempat KBRI itu berada. Berbagai informasi tersebut dapat pula disediakan di meja resepsionis KBRI untuk dibagikan kepada para tamu yang datang ke KBRI.

Di samping itu, juga sudah tersedia cukup banyak lembaga penyelenggara pengajaran BIPA di luar negeri, baik di perguruan tinggi maupun di lembaga-lembaga kursus. Lembaga-lembaga ini dapat didayagunakan sebagai media untuk menyebarluaskan berbagai informasi tentang Indonesia. Boleh dikatakan bahwa lembaga penyelenggara pengajaran BIPA di luar negeri ini merupakan agen Indonesia yang potensial untuk ikut serta dalam memperkenalkan Indonesia di dunia internasional. Oleh karena itu, sudah sepatutnya KBRI menjalin kerja sama yang lebih erat dengan lembaga tersebut.

Langkah-Langkah yang Perlu Ditempuh
Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dalam pengajaran BIPA, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh.

Pertama, kita perlu memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga pengajar BIPA di luar negeri. Dukungan yang dimaksud dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya (1) pemberian kemudahan dalam perizinan ke Indonesia, (2) penyediaan bahan-bahan ajar bahasa Indonesia dan bahan-bahan penunjang tentang kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya Indonesia, serta informasi tentang kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, (3) pertukaran pelajar, mahasiswa, dan pengajar, (4) pementasan seni budaya Indonesia di lembaga-lembaga penyelenggara pengajaran BIPA, dan (5) pemberian beasiswa kepada pelajar/mahasiswa asing yang akan belajar di Indonesia.

Kedua, peran Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan/atau kantor perwakilan negara di luar negeri dalam penyelenggaraan pengajaran BIPA harus ditingkatkan. Untuk itu, kantor KBRI atau kantor perwakilan RI di negara yang belum ada penyelenggara pengajaran BIPA wajib menyelenggarakan kursus atau pengajaran bahasa Indonesia kepada penutur asing. Di samping itu, mereka juga perlu mendorong dan memfasilitasi lembaga perguruan tinggi di negara tempatnya bertugas agar menyelenggarakan pengajaran BIPA ataupun studi tentang Indonesia. Dengan demikian, akan tersedia tempat bagi masyarakat di negara tersebut yang ingin mempelajari bahasa Indonesia ataupun yang ingin mendalami kajian tentang Indonesia.

Ketiga, percepatan pendirian Pusat Kebudayaan Indonesia di luar negeri. Dengan adanya Pusat Kebudayaan Indonesia, berbagai aktivitas seni budaya Indonesia dapat dipusatkan di pusat kebudayaan itu. Salah satu aktivitas atau kegiatan yang perlu dilakukan di Pusat Kebudayaan Indonesia itu tentu adalah pengajaran bahasa Indonesia kepada orang asing. Di samping itu, Pusat Kebudayaan Indonesia di luar negeri juga dapat berfungsi sebagai pusat informasi mengenai berbagai hal tentang Indonesia. Dengan demikian, pendirian pusat kebudayaan itu sangat penting. Oleh karena itu, patut kita dukung.

Keempat, kita perlu menyediakan informasi kepada berbagai pihak di luar negeri yang ingin mengetahui tentang Indonesia secara lebih jauh. Informasi tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan orang asing tentang Indonesia. Di samping itu, juga perlu disediakan informasi tentang lembaga-lembaga penyelenggara pengajaran BIPA di KBRI/perwakilan RI untuk memberi kemudahan bagi orang asing di negara tersebut yang ingin belajar BIPA. Di samping itu, bagi mahasiswa yang mempelajari BIPA dan mahasiswa studi Indonesia juga perlu diberi informasi tentang lembaga-lembaga perguruan tinggi di Indonesia yang membuka program BIPA dan jurusan bahasa dan sastra Indonesia, termasuk perguruan tinggi di Indonesia yang menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di negara tempatnya bertugas. Informasi tersebut diperlukan untuk kemungkinan menjalin kerja sama dalam pertukaran pelajar/mahasiswa serta pertukaran pengajar dan peneliti dengan perguruan tinggi mereka.

Kelima, dalam upaya meningkatkan minat orang asing untuk mempelajari BIPA juga perlu disediakan perpustakaan yang lengkap tentang Indonesia. Perpustakaan tersebut perlu disediakan di KBRI/kantor perwakilan RI, sekolah Indonesia di luar negeri, atau di Pusat Kebudayaan Indonesia di luar negeri.

Penutup
Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat pula memberikan motivasi dan meningkatkan minat orang asing untuk mempelajari bahasa Indonesia. Agar harapan tersebut terpenuhi, berbagai pihak terkait hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh kondisi pengajaran BIPA di luar negeri dan memberikan fasilitas serta bantuan yang diperlukan.

Dengan fasilitas dan bantuan tersebut diharapkan minat orang asing untuk mempelajari BIPA/studi Indonesia makin meningkat sehingga lembaga penyelenggara pengajaran BIPA/studi Indonesia di luar negeri dapat mengembangkan programnya dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia di dunia internasional. Dengan demikian, berkembangnya program tersebut tidak saja dapat menghapus kekhawatiran akan ditutupnya program pengajaran BIPA/studi Indonesia, tetapi dapat pula meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.

Jakarta, 12 Juli 2007

Tidak ada komentar: